Saat ini kita berada di hari-hari terakhir bulan Sya’ban. Beberapa hari mendatang kita akan memasuki bulan istimewa, yang ditunggu-tunggu insan beriman, bulan penuh keberkahan, rahmat dan ampunan, yakni bulan suci Ramadhan.
Maka, mari kita persiapkan diri kita sebaik-baiknya untuk menyambut datangnya bulan mulia ini. Kita berdoa kepada Allah kiranya Dia Yang Maharahman, menyampaikan umur kita, dan bisa menikmati ibadah-ibadah yang berlimpah pahala dan berkah, di bulan suci Ramadhan nanti.
Pada kesempatan ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Al-Hasyr [59] ayat ke-18 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (الحشر [٥٩]: ١٨)
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan maksud dari kalimat مَّا قَدَّمَتْ, yaitu segala perbuatan yang telah ia lakukan di masa lalu. Sementara kata لِغَدٍ adalah masa depan, yakni hari akhirat. Artinya, orang beriman hendaknya berfikir, amal apa yang akan dibawa untuk menghadap Allah Ta’ala di Yaumil Qiyamah nanti.
Sementara Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah menyatakan, ayat tersebut merupakan petunjuk, bahwa setiap Muslim harus selalu mengintrospeksi diri, meneliti kekeliruan, kesalahan, dan perbuatan buruknya, sehingga dapat segera melepaskan diri dari dosa-dosa, bertaubat dan berpaling dari berbagai hal yang mengantarkan pada murka Allah Ta’ala.
Orang yang rajin melakukan muhasabah dan mengevaluasi diri, sesungguhnya mereka itulah yang disebut sebagai Muttaqin, yaitu orang-orang yang mampu menjadikan setiap kejadian sebagai ibrah, sehingga ia bisa melakukan yang terbaik di masa mendatang.
Rasulullah Shallallahu alahi Wasallam bersabda, yang artinya, “Orang pandai adalah yang mengevaluasi diri, serta giat beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang bodoh dan lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan.” (HR. At-Tirmidzi)
Dalam konteks menyambut bulan suci Ramadhan, salah satu bentuk evaluasinya adalah, kita perhatikan puasa dan ibadah-ibadah pada Ramadhan tahun lalu. Apa saja yang masih kurang di tahun lalu, mari kita tekadkan untuk bisa melakukan yang lebih baik pada Ramadhan mendatang. Sedangkan hal-hal yang sudah baik, mari kita pertahankan, bahkan kita tingkatkan untuk lebih maksimal lagi.
Sedangkan mempersiapkan hari esok, dalam konteks Ramadhan adalah, mari kita persiapkan diri sebaik-baiknya, dengan bekal fisik, materi, ilmu dan kesiapan ruhani untuk menyambut hadirnya bulan suci yang akan datang sebentar lagi.
Beberapa hal yang perlu kita lakukan dalam menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan antara lain:
Pertama: Mengucapkan tahni’ah atas kedatangannya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
اَتَاكُمْ رَمَضَانُ سَيِّدُ الشُّهُوْرِ فَمَرْحَبًا بِهِ وَاَهْلاً جَاءَ شَهْرُ الصِّيَامِ بِالبَرَكَاتِ فَاكْرِمْ بِهِ مِنْ رَائِرٍ هُوَ اَتٍ (رواه التبرانى)
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan puasa membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu.” (HR Ath-Thabrani).
Kedua: melaksanakan ru’yatul hilal.
Rukyatul hilal adalah proses pengamatan (observasi) terhadap penampakan hilal saat matahari tenggelam di akhir bulan hijriyah sebagai penanda awal bulan.
Para ulama menyatakan, hukum rukyatul hilal adalah fardhu kifayah, artinya jika sudah ada umat Islam yang melakukannya, maka gugurlah kewajiban bagi Muslim yang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 185:
...، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ، ...الاية (البقرة [٢]: ١٨٥)
“…, Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan (awal) bulan, maka hendaklah ia berpuasa,….”
Ayat tersebut diperkuat dengan sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ (رواه البخارى)
“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Al-Bukhari).
Para ulama bermadzhab Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali menyatakan, bahwa menetapkan awal Ramadhan dilakukan dengan metode rukyatul hilal, berdasarkan ayat dan hadits di atas.
Sedangkan ulama lainnya seperti: Ibnu Suraij, Taqiyyuddin Al-Subki, Mutharrif bin Abdullah dan Muhammad bin Muqatil, mereka menyatakan bahwa awal puasa dapat ditetapkan dengan metode hisab (perhitungan).
Tentang perbedaan pandangan tersebut, kita tidak perlu mempertentangkannya. Mari kita laksanakan sesuai dengan yang kita yakini, selebihnya mari kita tetap menjaga ukhuwah dan saling menghargai.
Bagi yang sudah berada dalam Al-Jama’ah, mari kita taati keputusan ulil amri, karena ulil amri yang diberi kewenangan dalam memutuskan suatu perkara.
Ketiga: berdoa menyambut awal Ramadhan.
Ulama zaman tabi’in, Yahya bin Abi Katsir memberikan tuntunan doa menyambut Ramadhan dengan doa:
أَللّٰهُمَّ سَلِّمْنِي مِنْ رَمَضَانَ، وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي، وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلًا
" Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadan, dan antarkanlah Ramadan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadan.”(Lathaiful Ma’arif)
Keempat: bergembira atas kedatangan bulan Ramadan.
Kabar gembira mengenai hadirnya Ramadhan sebagaimana dalam sebuah hadits:
ﻗَﺪْ جَاءَ كُمْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ (رواه احمد)
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad)
Kelima: bertekad mengoptimalkan ibadah selama Ramadhan.
Mari kita persiapkan sebaik-baiknya aktifitas ibadah harian selama Ramadhan agar hari-hari kita bisa maksimal dan optimal dalam mengisi bulan suci ini.
Allah Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya:
طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَّعْرُوفٌ ۚ فَإِذَا عَزَمَ ٱلْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا۟ ٱللّٰهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ (محمد [٤٧]: ٢١)
“Taat dan bertutur kata yang baik adalah lebih baik bagi mereka apabila perintah sudah ditetapkan. Padalah jika mereka benar-benar beriman kepada Allah, maka itu lebih baik bagi mereka.” (QS Muhammad [47]: 21)
Ayat di atas meski bukan dalam konteks Ramadhan, namun secara umum bisa dipakai untuk mengingatkan kita semua agar senantiasa taat dan berbuat kebaikan di manapun dan kapan pun berada.
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita semua dalam mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan. Semoga amal ibadah kita di Ramadhan ini menjadi lebih lebih baik dari Ramadhan tahun lalu. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.