Duta Besar Republik Indonesia untuk Sudan, Dr. H. Sujatmiko bersama Mudir Am Ma’had Al Fatah Indonesia, KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA |
“Dukungan itu diberikan Dubes RI untuk Sudan saat beraudiensi dengan Mudir 'Am Ma’had Al-Fatah Indonesia, KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA.,” kata Sidik Mustaqim kepada Wartawan Miraj News Agency (MINA), Rabu (18/9).
Menurut Sidik yang ikut dalam kunjungan Mudir Ma’had Al-Fatah Indonesia ke Kedutaan Besar Indonesia di Sudan, Dubes didampingi Sekretaris Dubes, Azizan dan Bagian Politik Sosial Budaya (Polsosbud), Erwin Asshidiqi.
Sidik mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut, KH. Yakhsyallah Mansur menyampaikan sejarah berdirinya, tujuan didirikan, dan metode pengajaran dari Ma’had Al-Fatah Indonesia.
Ma'had Al-Fatah Indonesia merupakan pusat pendidikan Islam terpadu, didirikan sejak tahun 1975, menyelenggarakan program pendidikan dari tingkat PAUD hingga Sekolah Tinggi, dalam rangka mempersiapkan generasi pelanjut amanah risalah Islam bagi kemakmuran seluruh alam.
Program tahfidz (menghafal) Al-Quran sebagai program unggulan Ma'had Al-Fatah Indonesia telah meraih prestasi baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Puluhan lulusan tahfidz Al-Quran sebagian dikirim ke berbagai lembaga tahfidz Al-Quran dan perguruan tinggi Islam untuk mengembangkan ilmunya, seperti ke Padang, Jawa Barat, dan Malaysia. Sebagian lainnya melanjutkan studi di Timur Tengah.
Ma'had Al-Fatah Indonesia telah menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga pendidikan di Timur Tengah.
Kerjasama itu terbukti dengan adanya program bersama Ma'had Tahfidz Dar Al-Quranul Al-Karim Wa Sunnah Gaza, Palestina, yang menyelenggarakan program bertajuk “Daurah Tahfidzul Quran Taajul Waqaar lil Aqsha Intishar” (Program Akselerasi Menghafal Al-Quran untuk Kemenangan Al-Aqsha) pada 2012 lalu di Lampung, menghasilkan 205 santri hafidz Al-Quran setelah mengikuti Program Akselerasi Tahfidzul Quran selama dua bulan..
Taajul Waqaar (Mahkota Kejayaan), merupakan program akselerasi (percepatan) sejenis pesantren kilat 1-2 bulan pada musim liburan yang khusus untuk menghafal Al-Quran. Program ini secara rutin diselenggarakan di Jalur Gaza, Palestina, pada masa liburan sekolah.
Pada 7 Mei hingga 10 Juni 2013, Ma'had Al-Fatah Indonesia dengan Ma'had Tahfidz Dar Al-Quranul Al-Karim Wa Sunnah Gaza, Palestina menggelar Daurah Tahfidzul Quran Taajul Waqaar II “Jiilul Qur’an Lil Aqsha Unwan” (Generasi Al-Quran untuk Kemenangan Al-Aqsha) di Pusat Ma'had Al-Fatah Indonesia, Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan.
Program Daurah Tahfidzul Quran Taajul Waqaar II di mana pesertanya dibimbing langsung para syeikh hafidz dan hafidzah dari Lembaga Tahfidz Daar Al-Quranul Karim was Sunnah Gaza, Palestina, mewisuda 678 peserta penghafal Al-Quran.
Selain itu, Pemimpin Ma'had Al-Fatah Indonesia juga menyampaikan kegiatan pembebasan Masjid Al-Aqsha, pendirian Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza dan berdirinya Kantor Berita Islam Internasional MINA (Mi’raj News Agency) untuk mempercepat Pembebasan Masjid Al-Aqsha dan mengimbangi berita-berita media Barat yang cenderung merugikan umat Islam.
Pendidikan Islam Mempererat Persatuan
Sidik Mustaqim, Alumni Al-Fatah Indonesia yang kini belajar di Universitas Internasional Afrika Sudan mengatakan, Dubes Sujatmiko sangat setuju dan mendukung program-program yang digiatkan Ma'had Al-Fatah Indonesia baik dalam bidang pendidikan maupun bidang lainnya yang bertujuan untuk kemaslahatan umat.
“Sebenarnya pendidikan Islam itu tidak mengenal dikotomi ilmu pengetahun dan bertujuan menyatukan umat Islam, sehingga umat Islam tidak tersekat-sekat dalam partai, mahzab, golongan dan sekte. Karena perpecahan akan memperlemah umat Islam dan menyenangkan musuh-musuhnya seperti yang terjadi di Mesir sekarang, maka yang paling senang orang Yahudi,” kata Sujatmiko mendukung apa yang disampaikan Yakhsyallah Mansur.
“Seharusnya sistem pendidikan yang dipakai inilah yang seharusnya diterapkan di pesantren-pesantren di seluruh Indonesia. Karena dengan demikian pesantren akan tetap eksis di era modern saat ini,” tegas Sujatmiko.
Sidik Mustaqim menambahkan, menanggapi didirikannya Sekolah Tinggi Shuffah Al Qur’an (STSQ) Abdullah bin Mas’ud Online, Dubes sangat mendukung dan berharap Indonesia akan menjadi Pusat Pengkajian dan Pengamalan Al-Qur’an lil Alamin sebagaimana disampaikan Mudir Ma’had Al Fatah Indonesia.
“Namun, Dubes menyampaikan bahwa tujuan ini akan tercapai apabila di sekolah ini diterapkan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris untuk seluruh program akademiknya,” tambah Sidik.
Di akhir pertemuan dengan Mudir Al Fatah Indonesia, Dubes Sujatmiko berkomitmen untuk terus melakukan peningkatan hubungan bilateral antara Indonesia dengan Sudan, melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), pertukaran mahasiswa, serta berbagai program lainnya.
Mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di beberapa universitas di Sudan berjumlah kurang lebih 300 (tiga ratus) pelajar di berbagai program. Sementara itu, jumlah mahasiswa Sudan yang belajar di Indonesia jumlahnya masih sangat sedikit.
Sebelum berpisah, secara langsung Duta Besar Indonesia untuk Sudan meminta Ma’had Al-Fatah Indonesia mengirimkan satu alumni terbaiknya untuk melaksanakan program kuliah di Fakultas Bahasa Arab Universitas Khartoum guna mengisi beasiswa yang telah disediakan tahun ini.
Sebelumnya, Mudir Al-Fatah Indonesia, KH. Yakhsyallah Mansur melakukan kunjungan resmi ke beberapa universitas di Sudan untuk menjalin kerjasama dan kunjungan balasan ke beberapa Perguruan Tinggi di Sudan yaitu Universitas Internasional Afrika (International University of Africa), Universitas Al-Qur’an dan Sains Islam (University of The Holy Quran and Islamic Sciences), Universitas Omdurman, dan Universitas Bakhtalruda (University of Bakhtalruda).